tag:blogger.com,1999:blog-6295731412641440442024-02-08T08:03:48.551-08:00Menulis Non FiksiMenulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-17144213778365585692010-12-15T21:49:00.000-08:002010-12-15T21:59:56.177-08:00Kembali menulisSudah hampir empat bulan blog ini tidak aku tengok. Baru lahir sudah ditinggalkan. Menulis sebenarnya hanya sebentar. Tapi mengapa ada enggan yang luar biasa ketika memulainya?<br /><br />tapi paling tidak tulisanku di beberapa tempat tetap berjalan. <span style="font-style:italic;">And the good one </span>adalah buku ketiga akan keluar bulan desember ini. Aku sudah menyimpannya di penerbit selama empat bulan. Cukup lama memang. Kata Penerbit menunggu giliran. Ok deh. Tugas penulis adalah menulis. Selagi menunggu aku bisa mengerjakan naskah yang lain. <br /><br />Naskah berikutnya memang sudah jadi 90%. Tapi kata Mas Marketing, "kayaknya kurang laku, Mas." Ok deh. Sedih memang. Tapi bukankah memang begitu? suatu naskah kadang diterima kadang ditolak. kadang laku kadang tidak.<br /><br />Kini yang aku persiapkan adalah naskah yang berikutnya. Bahan-bahan mentah sudah mulai terkumpul. Tinggal mencari buku sejenis untuk dijadikan referensi. Hmm...awal yang bagus untuk memulai bergerak lagi.<br /><br />Keep on moving!Menulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-36269642994769871602010-07-31T17:32:00.000-07:002010-07-31T17:53:17.144-07:00Mudahnya Membuat Buku How toBuku how to adalah buku yang berisi sesuatu atau menjelaskan sesuatu secara umum. Buku how to ditujukan bagi orang-orang yang awam dalam bidang tersebut. Secara mudah, buku how to dapat dikategorikan sebagai buku panduan. <br /><br />Seandainya Anda adalah praktisi yang mempunyai peternakan Lele, maka Anda dengan mudah dapat menceritakan atau menerangkan bagaimana proses pemeliharaan ikan lele dari pembibitan dan mungkin sampai pemasaran. daripada sekedar diomongkan, mengapa tidak dibuat buku saja?<br /><br />Contoh: <br /><br />Trik dan Tips Jitu Memelihara Ikan Lele/ Meraup Rupiah dari Beternak Lele<br /><br />Bab I Jenis-jenis lele<br /> A. Lele dumbo<br /> B. lele lokal<br />Bab II Persiapan tempat<br /> A. Media hidup<br /> B. Bibit<br />Bab III Pemeliharaan<br /> A. Pemberian pakan<br /> B. Penggantian air<br />Bab IV Penyakit<br /> A. Jenis Penyakit<br /> B. Pencegahan <br /> C. Pengobatan<br />Bab V Modal<br /> A. Perhitungan Ekonomi<br /> B. Modal dasar<br /> C. Keuntungan<br /><br />Tulisan ini saya bbuat hanya sekitar lima menit. Ide diatas hanya contoh dan saya tidak melakukan penelitian/ riset data sama sekali. Jadi kemungkinan besar ada yang salah dengan tulisan diatas. MIsalnya saja, bisa saja jenis-jenis lele tidak seperti yang saya tulis dalam Bab I, Bab II bisa ditambah, Bab III mungkin saja salah.<br /><br />Hal ini sangat tidak masalah.Yang paling penting adalah mengurutkan informasi yang ingin kita sampaikan. Setelah outline selesai kita bisa memperbaiki dengan melakukan riset lewat google. Saya pribadi lebih senang memulai riset dengan membuka wikipedia baik yang versi bahasa Inggris (karena lebih lengkap), maupun versi bahasa Indonesia (karena ada kata-kata yang khusus hanya ada di Indonesia).<br /><br />Jika masing-masing sub bab ada 4 halaman, maka jumlah halaman yang dapat kita tulis = 4 x 12 sub bab = 48 halaman. Catatan: Bab I= 2 sub bab, Bab II= 2 sub bab, Bab III= 2 sub bab,Bab IV= 3 sub bab, Bab V= 3 sub bab.<br /><br />Untuk tema beternak lele, tentu saja kita perlu menambahkan gambar. Maka jumlah halaman akan semakin banyak, naskah buku semakin menarik, penjelasan menjadi lebih meyakinkan dan pembaca juga semakin mudah memahami isi tulisan. Selamat berkaryaMenulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-22226074493483210792010-07-30T22:35:00.000-07:002010-07-30T22:48:32.388-07:00Contoh outline (1)Saya akan menyajikan contoh-contoh <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">outline</a>, dan akan saya update dalam postingan yang berbeda (satu outline satu posting). Hal ini saya lakukan agar seandainya ada waktu, saya akan membahas outline tersebut.<br /><br />Topik: Peraturan tentang tenaga kerja yang berhubungan dengan gaji, uang lembur, pesangon dan pensiun.<br />I. Definisi Ketenagakerjaan<br />II. Hubungan <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">Kerja</a><br /> A. Syarat Perjanjian Kerja<br /> B. Jenis Perjanjian Kerja<br />III. Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan <br /> A. Perlindungan<br /> B. Pengupahan<br /> C. Kesejahteraan<br />IV. Hubungan <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">Industrial</a><br /> A. Serikat <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">Pekerja</a><br /> B. Organisasi <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">Pengusaha </a> <br /> C. Lembaga Bipartit dan Tripartit<br /> D. Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama<br />V. Perselisihan Industrial<br /> A. Mogok Kerja<br /> B. Lock Out<br />VI. PHK<br /> A. Pengertian PHK<br /> B. Jenis-jenis PHK<br />VII. Sanksi<br /> A. Pidana<br /> B. Administratif<br /><br />Dalam buku hukum dan buku-buku yang lain, dapat pula disertakan lampiran sebagai data pendukung dari isi buku.Menulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-47745148168164375352010-07-29T17:54:00.000-07:002010-07-29T21:51:49.059-07:00Menentukan Topik"Saya tidak bisa menentukan topiknya". Banyak orang mengatakan demikian. Sebenarnya sangat aneh jika seseorang itu tidak dapat <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">menentukan topik</a>. Topik sangat luas. Kita bisa menentukan dari apa yang kita rasakan (dengan kelima panca indra kita) di sekitar kita dan atau juga mengandalkan imajinasi kita. Jadi yang dialami seseorang itu bukan tidak bisa menentukan, tapi kebingungan memilih topik. <br /><br />Tidak perlu beranjak dari kamar Anda! Lihat saja apa yang ada di dalam kamar. Tuliskan saja 10 benda yang anda lihat. Contoh<br />1. lemari<br />2. radio<br />3. laptop<br />4. kasur<br />5. bantal<br />6. guling<br />7. kaca<br />8. buku<br />9. hp <br />10. <span style="font-style:italic;">earphone</span><br /><br />Kita bisa memulai menulis dengan mengambil salah satu topik diatas. Misalnya saja kita ambil contoh lemari. Perhatikan lemari Anda baik-baik. Mungkin lemari tersebut telah ada di kamar Anda lebih dari satu tahun. Malah ada yang lebih dari lima tahun. Setiap hari Anda membuka dan menutupnya. Tapi karena terbiasa, Anda menjadi tidak benar-benar memperhatikannya.<br /><br />Data yang saya miliki<br />1. Lemari saya terbuat dari kayu. (<span style="font-style:italic;">kayu jenis apa? saya tidak tahu</span>)<br />2. Setelah saya ukur, tinggi lemari saya kira-kira 180 cm dan lebar 150 cm<br />3. Lemari saya terdiri dari tiga bagian. Yang pertama untuk meletakkan pakaian gantung, yang kedua (tengah)untuk menaruh pernik-pernik barang (seperti kertas, arsip, buku dll) dan yang ketiga untuk meletakkan pakaian lipat.<br />4. Lemari saya ada ukirannya meskipun sederhana (<span style="font-style:italic;">minimalis? saya tidak tahu</span>)<br />5. Lemari saya sudah berumur lebih dari 7 tahun dan masih bagus.(awet, saya pesan pada tukang kayu dan tidak membeli di toko furniture) <br />6. Lemari saya hanya diplitur dan tidak dicat. Warnanya sampai sekarang belum pudar.<br />7. Saya membeli lemari saya sekitar tahun 2003 dengan harga Rp.300.000,-<br />8. Lemari saya mempunyai kaca yang bisa digunakan untuk berkaca seluruh badan.<br />9. Lemari gantung saya sangat penuh, sedangkan lemari untuk pakaian lipat isinya sedikit<br />10. Kamar saya akan direnovasi dan mungkin lemari tersebut akan saya jual.<br /><br />Ada 10 hal yang bisa saya tulis tentang lemari. Dari 10 hal tersebut, ternyata ketika ditulis menimbulkan beberapa pertanyaan. Misalnya pada nomor:<br />1. menimbulkan pertanyaan tentang jenis-jenis kayu. Pertanyaan ini akan memancing kita untuk mencari data tentang jenis-jenis kayu tersebut. demikian juga dengan nomor-nomor yang lain. Saya teruskan saja.<br />2.Macam-macam ukuran lemari<br />3. Jenis lemari berdasarkan fungsi dan bagian-bagiannya <br />4.Ukiran pada lemari---berkembang menjadi ukiran pada furnitur<br />5.Untung rugi membuat lemari sendiri dan tidak dibuat secara masal oleh industri<br />6.Apakah plitur itu? Apa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan cat?<br />7.Perlu sedikit survey tentang inflasi, prosentasi kenaikan harga barang per tahun. Pengetahuan ini bisa berkembang sampai dengan tema:bunga bank, kita untung atau rugi sih sebenarnya?<br />8. Kaca selain fungsi untuk berkaca juga berfungsi menambah kesan luas ruangan---pengetahuan yang akan berkembang dalam bidang desain interior dan juga fengshui<br />9. Fungsi lemari. Karakter penulis yang mungkin saja malas menyetrika baju dan hanya menggantung baju setelah dicuci.--kaitkan lemari dengan kepribadian seseorang. <span style="font-style:italic;">Isi lemarimu adalah isi kepalamu</span><br />10. Akhir cerita yang tragis. Lemari dijual bisa karena beberapa hal seperti butuh uang, kamar dipersempit sehingga lemari terlihat terlalu memenuhi ruangan, atau sudah bosan dengan mmodel yang lama.---<span style="font-style:italic;">belanja sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan? </span> topik belanja ini bisa dikaitkan dengan tema agama (boros= aluamah), tema parenting (ibu harus berhemat atau ibu yang mendidik anak untuk berhemat), tema sosial juga bisa (efek kapitalisme, efek teknologi global, konsumerisme dan sosiologi uang dst...)<br /><br />Dari 10 data yang disajikan kita masih sangat bisa mengembangkan ke tema dan topik yang lain. Satu lemari saja sudah mampu mengahdirkan banyak topik. Apalagi 10 lemari!Menulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-87157265334202731712010-07-29T05:24:00.000-07:002010-07-29T21:57:29.487-07:00Mulailah Dengan Outline<span style="font-style:italic;">An outline is a formal system used to think about and organize your paper. For example, you can use it to see whether your ideas connect to each other, what order of ideas works best, or whether you have sufficient evidence to support each of your points. Outlines can be useful for any paper to help you see the overall picture.</span><br />Kutipan dari http://depts.washington.edu/psywc/handouts.shtml<br /><br />Terjemah bebas dari <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">outline</a> adalah sistem formal yang digunakan untuk mengarahkan dan mengatur tulisan kita. Kita dapat menggunakan outline untuk mengetahui apakah ide yang satu berhubungan dengan ide yang lain. Outline juga bisa dijadikan parameter untuk memilih ide yang kita anggap paling baik. Outline juga bisa dipakai untuk mengetahui apakah kita mempunyai data yang cukup akurat untuk mendukung poin-poin yang telah kita tetapkan. Outline membantu kita melihat isi tulisan secara keseluruhan.<br /><br />Secara sederhana outline adalah kerangka karangan. Outline berisi garis besar tentang apa saja yang akan kita tulis. Outline sangat membantu kita menulis non fiksi karena dengan membuat outline maka secara sadar kita telah menentukan sistematika tulisan dan telah menentukan isi serta tujuan tulisan itu dibuat.<br /><br />Bagaimana membuat outline? Mungkin tiap orang punya cara sendiri menulis outline. Berikut saya ambilkan dari sumber yang sama, dengan terjemah bebas dari saya. (http://depts.washington.edu/psywc/handouts.shtml)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">1. Tentukan topik. </span><br />Topik merupakan hal penting dalam membuat sebuah tulisan. Ungkapkan dalam satu kalimat atau satu frase tentang isi dari seluruh tulisan. Topik akan membuat kita fokus pada tema utama.<br /><span style="font-weight:bold;">2. Tuliskan bab-bab utama (poin-poin utama)</span><br />Apa saja yang ingin kita tuliskan dalam naskah kita? Tuliskan poin-poin tersebut. Kata pengantar biasanya juga mengenalkan seluruh poin utama dari materi tulisan..<br /><span style="font-weight:bold;">3. Selesaikan bab pertama.</span> <br />Ada yang tidak suka dengan poin ke-3 dan langsung meloncat ke poin ke-4. No problemo, sob! Poin ketiga meminta kita menuliskan tentang bab pertama. Jika dalam naskah kita banyak dijumpai istilah yang kompleks dan khusus, bab pertama sangat cocok untuk menjelaskan pengertian dari istilah-istilah khusus tersebut. Untuk naskah yang sangat teoritis, bab pertama dapat digunakan untuk bercerita tentang latar belakang mengapa teori tersebut diperlukan..<br /><span style="font-weight:bold;">4. Tuliskan sub bab (sub poin utama) </span><br />Setelah menuliskan bab-bab utama, maka tiap bab utama dapat kita perinci dengan sub bab yang mendukung poin utama. Jumlahnya terserah, tergantung seberapa banyak informasi yang ingin kita bagikan. Tapi secara umum, tiap bab utama terdiri dari minimal dua sub bab.<br /><br />Setelah sub bab selesai. Maka pandangi outline anda. Dan yakinlah bahwa dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, naskah utuh buatan anda akan segera selesai.Menulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-55649634215243745062010-07-27T23:26:00.000-07:002010-07-29T21:58:46.770-07:00Mengapa Non Fiksi?<div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Saya suka menulis baik fiksi maupun <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">non fiksi</a>. Tapi sejauh ini, karir penulisan fiksi saya adalah nol. Saya mengikuti situs yang menerbitkan karya fiksi. Tapi sejauh ini, saya belum mendapat kepuasan. Saya masih membutuhkan suntikan, tamparan, kritikan dan hujatan agar tulisan-tulisan saya dalam bidang fiksi menjadi lebih berbobot. Intinya: Khusus fiksi, saya masih mentah dan butuh guru. Saat ini, mencari guru sedang saya perjuangkan.<br /></span></div><span style="font-size:100%;"><br /></span><div style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;">Berbeda dengan fiksi, non fiksi ternyata memberi saya ruang yang lebih luas. Ada beberapa alasan mengapa tulisan saya dalam bidang non fiksi lebih mudah diterbitkan dibandingkan tulisan fiksi saya:<br /></span></div><span style="font-size:100%;"><br /><span style="font-weight: bold; font-family: arial;">1. Tema yang sangat spesifik. </span><br /><span style="font-family: arial;"> Saat ini, saya menulis non fiksi jenis how to. Buku jenis ini memang lagi tren sehingga disukai penerbit. Tema how to biasanya sangat praktis. Contoh judul how to:</span><br /><span style="font-family: arial;">- Panduan membuat bla bla bla</span><br /><span style="font-family: arial;">- Cara cepat belajar bla bla bla</span><br /><span style="font-family: arial;">- 30 hari mahir bla bla bla</span><br /><span style="font-family: arial;">Bla bla bla bisa kita isi dengan blog, excel, word, masakan jawa, masakan serba pedas, adobe, memelihara lele, memasak dalam 30 menit dan seterusnya...</span><br /><span style="font-weight: bold; font-family: arial;">2. Saingan tidak terlalu banyak</span><br /><span style="font-family: arial;">Secara teori, novel bisa dibuat oleh anak SD hingga aki-aki berumur 70 tahun. Penerbit Mizan mempunyai divisi Kecil Kecil Punya Karya dimana adik-adik kecil kita sudah pinter bikin novel dan diterbitkan.</span><br /><span style="font-family: arial;">Karya non fiksi mempunyai jumlah saingan yang lebih sedikit</span></span><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Saya menulis tentang Hukum Tenaga Kerja.</span></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Saingan saya adalah dosen hukum, praktisi tenaga kerja, HRD <st1:country-region st="on"><st1:place st="on"><st1:country-region st="on">peru</st1:country-region>s</st1:place></st1:country-region>ahaan, buruh yang aktif di LSM dan paham hukum perburuhan. Cukup banyak memang, tapi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembuat novel </span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><b style=""><span lang="IN">3. Jumlah penulis non fiksi masih sedikit<o:p></o:p></span></b></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify; font-family: arial;"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Alasan ini sebenarnya masih berkaitan dengan alasan nomor 2. Banyak penerbit yang mencari naskah non fiksi. Mengapa? Sebab jumlah naskah fiksi sangat banyak, sedangkan naskah non-fiksi tidak begitu banyak. Mengapa naskah non fiksi sangat sedikit?</span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Saya memberi gambaran tentang buku saya. Di kampus saya, <st1:city st="on"><st1:place st="on">oran</st1:place></st1:city>g yang paham tentang hukum tenaga kerja sangat banyak. </span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Taruhlah 300 <st1:city st="on"><st1:place st="on">oran</st1:place></st1:city>g baik dosen maupun mahasiswa (baik S1, S2 maupun S3). Diantara 300 orang, yang benar-benar tertarik dengan tema tenaga kerja mungkin saja 50%. Berarti tinggal 150 saingan. </span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Diantara 150 saingan, yang hobi menulis 50%. Berarti saingan kita tinggal 75 orang. </span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Diantara 75 orang, yang benar-benar minat dalam dunia tulis menulis adalah 50%, berarti saingan kita tinggal 36 orang. <span style=""> </span></span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Diantara 36 orang, yang pernah menulis suatu naskah non fiksi tentang tenaga kerja ada 50%, berarti saingan tinggal 18.</span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Diantara 18 orang, yang naskahnya benar-benar jadi ada 50%, sehingga saingan kita tinggal 9 orang.</span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Dan dari 9 orang itu, siapakah yang berpikir untuk mengirim naskahnya ke penerbit?</span></span></p> <p style="font-family: arial;" class="MsoNormal"><span style="font-size:100%;"><span lang="IN">Mungkin hanya ada 1 atau 2 orang. Dan kebetulan orang itu adalah saya.</span></span></p> <span style="font-size:100%;"><br /></span>Menulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-629573141264144044.post-1540796814984112612010-07-26T21:54:00.001-07:002010-07-29T22:00:38.506-07:00Awal CeritaSaya suka menulis dan itu sudah saya lakukan sejak saya masih SD. Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit saya.<br /><br />Saya beruntung menempuh pendidikan di sekolah percobaan IKIP Semarang di Salatiga yang bernama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Sekarang sih telah berubah menjadi SD Salatiga 6. Sejak kelas 4 SD (SD hanya sampai kelas 5), saya sudah belajar <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">EYD</a> dan sudah mengenal istilah modul Bahasa Indonesia yang berisi ilmu-ilmu linguistik, peribahasa, lawan kata, padanan kata dll.<br />Beberapa pelajaran bahkan masih ada yang saya ingat sampai sekarang.<br /><br />Kesenangan pada bahasa memberi dampak pada kesenangan menulis. Saya menulis apa saja. Dan penyakit menulis saya menjadi-jadi ketika saya SMA. Saya menulis puisi, diary, cerpen, merancang skenario yang saya gunakan untuk pentas seni baik untuk level SMA maupun level pertunjukan Kota.<br /><br />Seiring berjalannya waktu, banyak kesibukan dan kemalasan serta beberapa peristiwa dalam hidup yang menerpa diri saya. Semua orang mempunyai masalah, jadi saya tidak akan membesar-besarkannya. Hanya saja, masalah-masalah yang saya alami membuat saya jauh dari menulis. Hingga akhirnya di tahun 2008, saya punya ide untuk mengirim tesis saya ke penerbit.<br />Penolakan demi penolakan saya terima. Awalnya jengkel, tapi lama-lama saya biasa. Akhirnya saya bertemu dengan Penerbit Visimedia. Visimedia menolak naskah saya, tetapi menyarankan saya membuat buku yang bersifat <a href="http://menulisnonfiksi.blogspot.com">how to</a>. how to adalah buku praktis, sesuai dengan visi dan misi dari penerbit.<br /><br />Bagi saya, ini kesempatan. Saya membuat outline dalam jangka waktu 3 hari. Dan langsung di acc. Kemudian saya selesaikan buku tersebut dalam jangka waktu satu bulan.<br />Buku itu sendiri terbit pertama kali bulan maret 2009.<br /><br />Jika saya melihat buku tersebut dan membuka halamannya, kadang saya tidak begitu percaya bahwa saya bisa menulis buku seperti itu.Menulis Non Fiksihttp://www.blogger.com/profile/11531287350414380649noreply@blogger.com1