Rabu, 15 Desember 2010

Kembali menulis

Sudah hampir empat bulan blog ini tidak aku tengok. Baru lahir sudah ditinggalkan. Menulis sebenarnya hanya sebentar. Tapi mengapa ada enggan yang luar biasa ketika memulainya?

tapi paling tidak tulisanku di beberapa tempat tetap berjalan. And the good one adalah buku ketiga akan keluar bulan desember ini. Aku sudah menyimpannya di penerbit selama empat bulan. Cukup lama memang. Kata Penerbit menunggu giliran. Ok deh. Tugas penulis adalah menulis. Selagi menunggu aku bisa mengerjakan naskah yang lain.

Naskah berikutnya memang sudah jadi 90%. Tapi kata Mas Marketing, "kayaknya kurang laku, Mas." Ok deh. Sedih memang. Tapi bukankah memang begitu? suatu naskah kadang diterima kadang ditolak. kadang laku kadang tidak.

Kini yang aku persiapkan adalah naskah yang berikutnya. Bahan-bahan mentah sudah mulai terkumpul. Tinggal mencari buku sejenis untuk dijadikan referensi. Hmm...awal yang bagus untuk memulai bergerak lagi.

Keep on moving!

Sabtu, 31 Juli 2010

Mudahnya Membuat Buku How to

Buku how to adalah buku yang berisi sesuatu atau menjelaskan sesuatu secara umum. Buku how to ditujukan bagi orang-orang yang awam dalam bidang tersebut. Secara mudah, buku how to dapat dikategorikan sebagai buku panduan.

Seandainya Anda adalah praktisi yang mempunyai peternakan Lele, maka Anda dengan mudah dapat menceritakan atau menerangkan bagaimana proses pemeliharaan ikan lele dari pembibitan dan mungkin sampai pemasaran. daripada sekedar diomongkan, mengapa tidak dibuat buku saja?

Contoh:

Trik dan Tips Jitu Memelihara Ikan Lele/ Meraup Rupiah dari Beternak Lele

Bab I Jenis-jenis lele
A. Lele dumbo
B. lele lokal
Bab II Persiapan tempat
A. Media hidup
B. Bibit
Bab III Pemeliharaan
A. Pemberian pakan
B. Penggantian air
Bab IV Penyakit
A. Jenis Penyakit
B. Pencegahan
C. Pengobatan
Bab V Modal
A. Perhitungan Ekonomi
B. Modal dasar
C. Keuntungan

Tulisan ini saya bbuat hanya sekitar lima menit. Ide diatas hanya contoh dan saya tidak melakukan penelitian/ riset data sama sekali. Jadi kemungkinan besar ada yang salah dengan tulisan diatas. MIsalnya saja, bisa saja jenis-jenis lele tidak seperti yang saya tulis dalam Bab I, Bab II bisa ditambah, Bab III mungkin saja salah.

Hal ini sangat tidak masalah.Yang paling penting adalah mengurutkan informasi yang ingin kita sampaikan. Setelah outline selesai kita bisa memperbaiki dengan melakukan riset lewat google. Saya pribadi lebih senang memulai riset dengan membuka wikipedia baik yang versi bahasa Inggris (karena lebih lengkap), maupun versi bahasa Indonesia (karena ada kata-kata yang khusus hanya ada di Indonesia).

Jika masing-masing sub bab ada 4 halaman, maka jumlah halaman yang dapat kita tulis = 4 x 12 sub bab = 48 halaman. Catatan: Bab I= 2 sub bab, Bab II= 2 sub bab, Bab III= 2 sub bab,Bab IV= 3 sub bab, Bab V= 3 sub bab.

Untuk tema beternak lele, tentu saja kita perlu menambahkan gambar. Maka jumlah halaman akan semakin banyak, naskah buku semakin menarik, penjelasan menjadi lebih meyakinkan dan pembaca juga semakin mudah memahami isi tulisan. Selamat berkarya

Jumat, 30 Juli 2010

Contoh outline (1)

Saya akan menyajikan contoh-contoh outline, dan akan saya update dalam postingan yang berbeda (satu outline satu posting). Hal ini saya lakukan agar seandainya ada waktu, saya akan membahas outline tersebut.

Topik: Peraturan tentang tenaga kerja yang berhubungan dengan gaji, uang lembur, pesangon dan pensiun.
I. Definisi Ketenagakerjaan
II. Hubungan Kerja
A. Syarat Perjanjian Kerja
B. Jenis Perjanjian Kerja
III. Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan
A. Perlindungan
B. Pengupahan
C. Kesejahteraan
IV. Hubungan Industrial
A. Serikat Pekerja
B. Organisasi Pengusaha
C. Lembaga Bipartit dan Tripartit
D. Peraturan Perusahaan dan Perjanjian Kerja Bersama
V. Perselisihan Industrial
A. Mogok Kerja
B. Lock Out
VI. PHK
A. Pengertian PHK
B. Jenis-jenis PHK
VII. Sanksi
A. Pidana
B. Administratif

Dalam buku hukum dan buku-buku yang lain, dapat pula disertakan lampiran sebagai data pendukung dari isi buku.

Kamis, 29 Juli 2010

Menentukan Topik

"Saya tidak bisa menentukan topiknya". Banyak orang mengatakan demikian. Sebenarnya sangat aneh jika seseorang itu tidak dapat menentukan topik. Topik sangat luas. Kita bisa menentukan dari apa yang kita rasakan (dengan kelima panca indra kita) di sekitar kita dan atau juga mengandalkan imajinasi kita. Jadi yang dialami seseorang itu bukan tidak bisa menentukan, tapi kebingungan memilih topik.

Tidak perlu beranjak dari kamar Anda! Lihat saja apa yang ada di dalam kamar. Tuliskan saja 10 benda yang anda lihat. Contoh
1. lemari
2. radio
3. laptop
4. kasur
5. bantal
6. guling
7. kaca
8. buku
9. hp
10. earphone

Kita bisa memulai menulis dengan mengambil salah satu topik diatas. Misalnya saja kita ambil contoh lemari. Perhatikan lemari Anda baik-baik. Mungkin lemari tersebut telah ada di kamar Anda lebih dari satu tahun. Malah ada yang lebih dari lima tahun. Setiap hari Anda membuka dan menutupnya. Tapi karena terbiasa, Anda menjadi tidak benar-benar memperhatikannya.

Data yang saya miliki
1. Lemari saya terbuat dari kayu. (kayu jenis apa? saya tidak tahu)
2. Setelah saya ukur, tinggi lemari saya kira-kira 180 cm dan lebar 150 cm
3. Lemari saya terdiri dari tiga bagian. Yang pertama untuk meletakkan pakaian gantung, yang kedua (tengah)untuk menaruh pernik-pernik barang (seperti kertas, arsip, buku dll) dan yang ketiga untuk meletakkan pakaian lipat.
4. Lemari saya ada ukirannya meskipun sederhana (minimalis? saya tidak tahu)
5. Lemari saya sudah berumur lebih dari 7 tahun dan masih bagus.(awet, saya pesan pada tukang kayu dan tidak membeli di toko furniture)
6. Lemari saya hanya diplitur dan tidak dicat. Warnanya sampai sekarang belum pudar.
7. Saya membeli lemari saya sekitar tahun 2003 dengan harga Rp.300.000,-
8. Lemari saya mempunyai kaca yang bisa digunakan untuk berkaca seluruh badan.
9. Lemari gantung saya sangat penuh, sedangkan lemari untuk pakaian lipat isinya sedikit
10. Kamar saya akan direnovasi dan mungkin lemari tersebut akan saya jual.

Ada 10 hal yang bisa saya tulis tentang lemari. Dari 10 hal tersebut, ternyata ketika ditulis menimbulkan beberapa pertanyaan. Misalnya pada nomor:
1. menimbulkan pertanyaan tentang jenis-jenis kayu. Pertanyaan ini akan memancing kita untuk mencari data tentang jenis-jenis kayu tersebut. demikian juga dengan nomor-nomor yang lain. Saya teruskan saja.
2.Macam-macam ukuran lemari
3. Jenis lemari berdasarkan fungsi dan bagian-bagiannya
4.Ukiran pada lemari---berkembang menjadi ukiran pada furnitur
5.Untung rugi membuat lemari sendiri dan tidak dibuat secara masal oleh industri
6.Apakah plitur itu? Apa kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan cat?
7.Perlu sedikit survey tentang inflasi, prosentasi kenaikan harga barang per tahun. Pengetahuan ini bisa berkembang sampai dengan tema:bunga bank, kita untung atau rugi sih sebenarnya?
8. Kaca selain fungsi untuk berkaca juga berfungsi menambah kesan luas ruangan---pengetahuan yang akan berkembang dalam bidang desain interior dan juga fengshui
9. Fungsi lemari. Karakter penulis yang mungkin saja malas menyetrika baju dan hanya menggantung baju setelah dicuci.--kaitkan lemari dengan kepribadian seseorang. Isi lemarimu adalah isi kepalamu
10. Akhir cerita yang tragis. Lemari dijual bisa karena beberapa hal seperti butuh uang, kamar dipersempit sehingga lemari terlihat terlalu memenuhi ruangan, atau sudah bosan dengan mmodel yang lama.---belanja sesuai kebutuhan atau sesuai keinginan? topik belanja ini bisa dikaitkan dengan tema agama (boros= aluamah), tema parenting (ibu harus berhemat atau ibu yang mendidik anak untuk berhemat), tema sosial juga bisa (efek kapitalisme, efek teknologi global, konsumerisme dan sosiologi uang dst...)

Dari 10 data yang disajikan kita masih sangat bisa mengembangkan ke tema dan topik yang lain. Satu lemari saja sudah mampu mengahdirkan banyak topik. Apalagi 10 lemari!

Mulailah Dengan Outline

An outline is a formal system used to think about and organize your paper. For example, you can use it to see whether your ideas connect to each other, what order of ideas works best, or whether you have sufficient evidence to support each of your points. Outlines can be useful for any paper to help you see the overall picture.
Kutipan dari http://depts.washington.edu/psywc/handouts.shtml

Terjemah bebas dari outline adalah sistem formal yang digunakan untuk mengarahkan dan mengatur tulisan kita. Kita dapat menggunakan outline untuk mengetahui apakah ide yang satu berhubungan dengan ide yang lain. Outline juga bisa dijadikan parameter untuk memilih ide yang kita anggap paling baik. Outline juga bisa dipakai untuk mengetahui apakah kita mempunyai data yang cukup akurat untuk mendukung poin-poin yang telah kita tetapkan. Outline membantu kita melihat isi tulisan secara keseluruhan.

Secara sederhana outline adalah kerangka karangan. Outline berisi garis besar tentang apa saja yang akan kita tulis. Outline sangat membantu kita menulis non fiksi karena dengan membuat outline maka secara sadar kita telah menentukan sistematika tulisan dan telah menentukan isi serta tujuan tulisan itu dibuat.

Bagaimana membuat outline? Mungkin tiap orang punya cara sendiri menulis outline. Berikut saya ambilkan dari sumber yang sama, dengan terjemah bebas dari saya. (http://depts.washington.edu/psywc/handouts.shtml)

1. Tentukan topik.
Topik merupakan hal penting dalam membuat sebuah tulisan. Ungkapkan dalam satu kalimat atau satu frase tentang isi dari seluruh tulisan. Topik akan membuat kita fokus pada tema utama.
2. Tuliskan bab-bab utama (poin-poin utama)
Apa saja yang ingin kita tuliskan dalam naskah kita? Tuliskan poin-poin tersebut. Kata pengantar biasanya juga mengenalkan seluruh poin utama dari materi tulisan..
3. Selesaikan bab pertama.
Ada yang tidak suka dengan poin ke-3 dan langsung meloncat ke poin ke-4. No problemo, sob! Poin ketiga meminta kita menuliskan tentang bab pertama. Jika dalam naskah kita banyak dijumpai istilah yang kompleks dan khusus, bab pertama sangat cocok untuk menjelaskan pengertian dari istilah-istilah khusus tersebut. Untuk naskah yang sangat teoritis, bab pertama dapat digunakan untuk bercerita tentang latar belakang mengapa teori tersebut diperlukan..
4. Tuliskan sub bab (sub poin utama)
Setelah menuliskan bab-bab utama, maka tiap bab utama dapat kita perinci dengan sub bab yang mendukung poin utama. Jumlahnya terserah, tergantung seberapa banyak informasi yang ingin kita bagikan. Tapi secara umum, tiap bab utama terdiri dari minimal dua sub bab.

Setelah sub bab selesai. Maka pandangi outline anda. Dan yakinlah bahwa dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, naskah utuh buatan anda akan segera selesai.

Selasa, 27 Juli 2010

Mengapa Non Fiksi?

Saya suka menulis baik fiksi maupun non fiksi. Tapi sejauh ini, karir penulisan fiksi saya adalah nol. Saya mengikuti situs yang menerbitkan karya fiksi. Tapi sejauh ini, saya belum mendapat kepuasan. Saya masih membutuhkan suntikan, tamparan, kritikan dan hujatan agar tulisan-tulisan saya dalam bidang fiksi menjadi lebih berbobot. Intinya: Khusus fiksi, saya masih mentah dan butuh guru. Saat ini, mencari guru sedang saya perjuangkan.

Berbeda dengan fiksi, non fiksi ternyata memberi saya ruang yang lebih luas. Ada beberapa alasan mengapa tulisan saya dalam bidang non fiksi lebih mudah diterbitkan dibandingkan tulisan fiksi saya:

1. Tema yang sangat spesifik.
Saat ini, saya menulis non fiksi jenis how to. Buku jenis ini memang lagi tren sehingga disukai penerbit. Tema how to biasanya sangat praktis. Contoh judul how to:
- Panduan membuat bla bla bla
- Cara cepat belajar bla bla bla
- 30 hari mahir bla bla bla
Bla bla bla bisa kita isi dengan blog, excel, word, masakan jawa, masakan serba pedas, adobe, memelihara lele, memasak dalam 30 menit dan seterusnya...
2. Saingan tidak terlalu banyak
Secara teori, novel bisa dibuat oleh anak SD hingga aki-aki berumur 70 tahun. Penerbit Mizan mempunyai divisi Kecil Kecil Punya Karya dimana adik-adik kecil kita sudah pinter bikin novel dan diterbitkan.
Karya non fiksi mempunyai jumlah saingan yang lebih sedikit

Saya menulis tentang Hukum Tenaga Kerja.

Saingan saya adalah dosen hukum, praktisi tenaga kerja, HRD perusahaan, buruh yang aktif di LSM dan paham hukum perburuhan. Cukup banyak memang, tapi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pembuat novel

3. Jumlah penulis non fiksi masih sedikit

Alasan ini sebenarnya masih berkaitan dengan alasan nomor 2. Banyak penerbit yang mencari naskah non fiksi. Mengapa? Sebab jumlah naskah fiksi sangat banyak, sedangkan naskah non-fiksi tidak begitu banyak. Mengapa naskah non fiksi sangat sedikit?

Saya memberi gambaran tentang buku saya. Di kampus saya, orang yang paham tentang hukum tenaga kerja sangat banyak.

Taruhlah 300 orang baik dosen maupun mahasiswa (baik S1, S2 maupun S3). Diantara 300 orang, yang benar-benar tertarik dengan tema tenaga kerja mungkin saja 50%. Berarti tinggal 150 saingan.

Diantara 150 saingan, yang hobi menulis 50%. Berarti saingan kita tinggal 75 orang.

Diantara 75 orang, yang benar-benar minat dalam dunia tulis menulis adalah 50%, berarti saingan kita tinggal 36 orang.

Diantara 36 orang, yang pernah menulis suatu naskah non fiksi tentang tenaga kerja ada 50%, berarti saingan tinggal 18.

Diantara 18 orang, yang naskahnya benar-benar jadi ada 50%, sehingga saingan kita tinggal 9 orang.

Dan dari 9 orang itu, siapakah yang berpikir untuk mengirim naskahnya ke penerbit?

Mungkin hanya ada 1 atau 2 orang. Dan kebetulan orang itu adalah saya.


Senin, 26 Juli 2010

Awal Cerita

Saya suka menulis dan itu sudah saya lakukan sejak saya masih SD. Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit saya.

Saya beruntung menempuh pendidikan di sekolah percobaan IKIP Semarang di Salatiga yang bernama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan. Sekarang sih telah berubah menjadi SD Salatiga 6. Sejak kelas 4 SD (SD hanya sampai kelas 5), saya sudah belajar EYD dan sudah mengenal istilah modul Bahasa Indonesia yang berisi ilmu-ilmu linguistik, peribahasa, lawan kata, padanan kata dll.
Beberapa pelajaran bahkan masih ada yang saya ingat sampai sekarang.

Kesenangan pada bahasa memberi dampak pada kesenangan menulis. Saya menulis apa saja. Dan penyakit menulis saya menjadi-jadi ketika saya SMA. Saya menulis puisi, diary, cerpen, merancang skenario yang saya gunakan untuk pentas seni baik untuk level SMA maupun level pertunjukan Kota.

Seiring berjalannya waktu, banyak kesibukan dan kemalasan serta beberapa peristiwa dalam hidup yang menerpa diri saya. Semua orang mempunyai masalah, jadi saya tidak akan membesar-besarkannya. Hanya saja, masalah-masalah yang saya alami membuat saya jauh dari menulis. Hingga akhirnya di tahun 2008, saya punya ide untuk mengirim tesis saya ke penerbit.
Penolakan demi penolakan saya terima. Awalnya jengkel, tapi lama-lama saya biasa. Akhirnya saya bertemu dengan Penerbit Visimedia. Visimedia menolak naskah saya, tetapi menyarankan saya membuat buku yang bersifat how to. how to adalah buku praktis, sesuai dengan visi dan misi dari penerbit.

Bagi saya, ini kesempatan. Saya membuat outline dalam jangka waktu 3 hari. Dan langsung di acc. Kemudian saya selesaikan buku tersebut dalam jangka waktu satu bulan.
Buku itu sendiri terbit pertama kali bulan maret 2009.

Jika saya melihat buku tersebut dan membuka halamannya, kadang saya tidak begitu percaya bahwa saya bisa menulis buku seperti itu.